PAMEKASAN, Peradaban.or.id – Manager utama Yauma TV, Dr. Abdul Gaffar, Ketua bidang Divisi Penelitian dan pengembangan (Litbang) DPP Peradaban, perbaiki personil untuk kemajuan dan eksistensi dalam menjalankan kinerjanya yang lebih efektif.   Yauma TV perlu melakukan perubahan ke arah yang lebih baik, Akan tetapi melakukan perubahan dan inovasi tentunya tidak semudah membalikkan telapak tangan, dalam prosesnya dibutuhkan komitmen yang kuat dalam menghadapi segala tantangan yang di hadapi. “Tanpa itu semua, jangan harapa ada perubahan.”   Tanggung jawab besar bagi saya untuk memajukan Yauma TV itu tidak mudah, butuh perjuangan dan kreatifitas yang luar biasa untuk tetap konsisten. Sebab beda bidang atau departemen, maka berbeda pula tugas yang diemban.   “Saya sebagai ketua bidang Litbang DPP Peradaban perlu menyusun strategi untuk meningkatkan kinerja kerja tim, misalnya dengan cara memotivasi, mengadakan pelatihan, atau memberi penghargaan tertentu.”ucap Gaffar dosen STIBA Pamekasan.   Gaffar, menjelaskan perlu mendorong timnya untuk tumbuh dan memastikan tim merasa bahwa pekerjaan mereka berharga dan menarik. Kedepan akan mengadakan pelatihan supaya karyawan bisa mengembangkan skill dan kinerjanya.   Saya juga harus bisa meningkatkan komitmen anggota timnya terhadap misi yang telah di atur bersama, melalui skema penghargaan dan memberikan umpan balik yang konstruktif dan adil.   “Perkembangan teknologi informasi yang pesat tersebut harus betul-betul kita arahkan, kita manfaatkan  ke arah yang positif, ke arah untuk kemajuan bangsa kita. Untuk menambah pengetahuan, memperluas wawasan, menyebarkan nilai-nilai positif, nilai-nilai optimisme, nilai-nilai kerja keras, nilai-nilai integritas dan kejujuran, nilai-nilai toleransi dan perdamaian, nilai-nilai solidaritas dan kebangsaan,” jelasnya.   Gaffar, minta juga gerakan yang masif untuk melakukan literasi, edukasi, dan menjaga etika, menjaga keadaban kita dalam bermedia sosial seperti Yauma TV. Gerakan ini penting untuk mengajak para penggemar dan penonton untuk ikut mengkampanyekan bagaimana berkomunikasi melalui media sosial yang baik, yang beretika, yang positif, yang produktif, yang berbasis nilai-nilai budaya kita, sarannya.   Meskipun kita tidak bertatap muka langsung dengan pengguna media sosial lainnya, etika berkomunikasi harus tetap dijunjung tinggi. Status ataupun komentar yang ditulis usahakan untuk tidak menyakiti, melecehkan, merendahkan, memfitnah, maupun melanggar hak-hak orang lain, pungkasnya. (cik)