Dalam sambutan penutupan Pena Santri Nasional 2024 yang berlangsung pada 06 Oktober 2024 di Lapangan Garuda Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar, Prof. Dr. H. Zainuddin Syarif, M.Ag., selaku Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) PRADABAN, menyampaikan pesan mendalam tentang pentingnya meneladani kepemimpinan dan pengabdian Rasulullah SAW sebagai dasar dalam membangun peradaban bangsa.
Beliau mengangkat tiga hal penting yang berkaitan dengan warisan ajaran para ulama pesantren, khususnya dari RKH. Abdul Hamid Bakir, seorang tokoh yang memiliki hubungan erat dengan Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar.
Pertama, Prof. Zainuddin menceritakan pengalamannya ketika melakukan penelitian di Pondok Pesantren Salafi Al Utsmani, yang dipimpin oleh Kiai Utsman, mantan santri Banyuanyar di masa RKH. Abdul Hamid bin Isbat. Kiai Utsman mengingatkan bahwa menyebut nama orang-orang saleh, para wali, dan as-sholihin dapat “menyinari hati” (zikrul auliya wa as-sholihin yunauwwirul qulub). Ini adalah ajakan untuk selalu mengingat para ulama sebagai sumber inspirasi, yang dapat memperkuat iman dan mendekatkan diri kepada Allah.
Kedua, Prof. Zainuddin mengisahkan kunjungan RKH. Abdul Hamid Bakir ke Pondok Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo, di mana beliau berperan penting dalam pemberian nama pesantren tersebut. Meski usulan awal dari Habib Abdullah Faqih adalah nama “Nurul Hadits”, yang dipilih oleh RKH. Abdul Hamid Bakir adalah Nurul Jadid. Hal ini menunjukkan betapa besar peran beliau dalam pengembangan pesantren-pesantren yang ada di Nusantara, serta bagaimana hubungan persaudaraan dan kekeluargaan antar ulama dapat memperkuat jaringan pesantren.
Ketiga, beliau menyinggung isi buku yang ditulisnya, “Dinamisasi Manajemen Pendidikan Pesantren: Dari Tradisional Hingga Modern”, yang memuat pandangan RKH. Abdul Hamid Bakir tentang Trisakti PPB (Pondok Pesantren Banyuanyar). Pandangan tersebut menekankan bahwa santri harus menjadi warga negara yang baik, dengan kewajiban menjaga keamanan, kelestarian bangsa, serta memberikan sumbangsih ilmu berdasarkan agama dan akhlakul karimah. Tiga prinsip utama yang ditekankan adalah kejujuran, ketaatan, dan keikhlasan.
Sambutan tersebut tidak hanya menekankan pentingnya pendidikan pesantren dalam membangun peradaban, tetapi juga mengajak seluruh alumni dan santri untuk terus meneladani ajaran para kiai dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks pengabdian kepada masyarakat maupun bangsa.